Skip to main content

Puisi Kecewa




















Keriuk ayam jantan
Tidak membangunkan sebuah kematian
Jiwa yang mabuk
Sudah sebu dengan jeritan
Laung tengking pada labirin
Redam dihanyut mimpi

Semalam sebelum subuh
Di atas ambal lusuh
Terbaring sekujur tubuh
Segunung asa telah terbunuh

Bening. Nyaring denting tetap hening
Gemiring air mata melebat
Taufan naluri amuk nian, gila nian
Mana sapu tangan mengusap air mata ini
Mana gerangan membujuk hati

Bisa onar sabda-sabda cinta
Karam di dasar nurani
Tiada jampi bisa melarik lagi
Beku mestika hati
Tiada tergurat saktinya mentari
Semu daya dunia
Sudah tiada mampu diteguk lagi
Indah ukir kencana
Hanya pada rupa bukan jiwa

Sumur digali terbitnya api
Mana dahaga bisa dilampias
Syaitan dan malaikat bergilir datang menyaba
Menyulam janji dengan benang benci
Iseng sendiri, tiada siapa saksi.

-kiambang-
20051008

:: kekecewaan itu datang tanpa diundang... lebih ngeri lagi benci, bila datangnya tanpa sebab yang pasti.. cuma yang nyata sekali... hati dapat merasakan.. betapa.. kecewanya jiwa~

Comments

Popular posts from this blog

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur

The Day I Thought I Liked You (Love in Laugh and Loo)

The day I thought I liked you All the tweak and twist at the corner of your face seemed like a smile to me The actual profuse smiles of yours, were like stars that rained upon me Your eyes twinkled like glitters from a fairy’s wand, waving sending me spinning in a galaxy of a romantic hope Hope and belief, that I liked you The day I thought I liked you Your laughter sounded like rhythm of the ocean waves Full of energy from an orgy of the marine life dancing in carousel at the deep of your soul Your boisterous mirth in the loudness of a masculine voice tickled me like a mermaid’s hand carousing a harp made of wind howl then I laughed with you and thought I really liked you The day I thought I liked you Your sorrow was painful but beautiful Every crack in your voice when you spoke of your sadness was like the thumping sound of an angry angel’s singing, sending a throbbing shock to my heart, grasping with

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...