Skip to main content

Jaguh

Semua mahu jadi jaguh
Berteriak pekik bikin gaduh
Siapa lantang siapa tangguh

"Jika aku punya kuasa
semua rakyat ku angkat menjadi raja
kita hidup satu kata satu jiwa"

"Jika aku punya kuasa
segala harta ku banjiri pekan dan desa
tiada yang papa tiada yang kedana"

Birokrat-birokrat bertopeng malaikat
Terus-terus melolong sabda-sabda kosong tiada pernah penat
Ke tengah kota ke hujung kampung ke laut mahupun darat
Riuh berkeroncong penuh gamat

Ada juga dalang-dalang keparat
Jadi pecacai bodoh lagi taat

Pak turut tolong tampal poster pada tiang-tiang lampu di sisi jalan
Pak karut tolong lelong polisi di kedai-kedai kopi sambil minum tongkat ali
Pak carut tolong maki hina segala pesaing yang tidak separti sekroni

Atas nama kemenangan, maruah jadi taruhan
Atas nama perubahan, kebenaran jadi lelongan
Atas nama kepartian, perpaduan dipersundalkan

Mana halal mana haram
Berpidato tidak pernah redam
Tapi ada suatu-suatu masa bila kuasa menjadi idam
Mana halal mana haram
Diam.

-kiambang-
25052009

:: Rasa muak... muak dengan segala-gala yang mengundang muak!

Comments

Popular posts from this blog

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...

The Day I Thought I Liked You (Love in Laugh and Loo)

The day I thought I liked you All the tweak and twist at the corner of your face seemed like a smile to me The actual profuse smiles of yours, were like stars that rained upon me Your eyes twinkled like glitters from a fairy’s wand, waving sending me spinning in a galaxy of a romantic hope Hope and belief, that I liked you The day I thought I liked you Your laughter sounded like rhythm of the ocean waves Full of energy from an orgy of the marine life dancing in carousel at the deep of your soul Your boisterous mirth in the loudness of a masculine voice tickled me like a mermaid’s hand carousing a harp made of wind howl then I laughed with you and thought I really liked you The day I thought I liked you Your sorrow was painful but beautiful Every crack in your voice when you spoke of your sadness was like the thumping sound of an angry angel’s singing, sending a throbbing shock to my heart, grasping with