Skip to main content

O' Star

I wish to speak to the star
That glistens the journey so far
And makes the distance ajar
And blares a hope that was so yare

But the muddy sky is too high
For me to glimpse and pry
If only the star could try
Look down to the earth and say hi

I'm standing and spinning in groove
My trembling feet won't move
It's my soul who reproves the goodbye

Just a hello, must I cry?
Dear star, return to me a smile

10000 miles and 12 hours
No sight no sound whatsoever
What's left?
It's a heart that wonders and whispers
"Would things get any better
than yesterdays that full of troubles?"

Dear star, If it takes forever
Forever is my endeavour.

kiambang
09052010

Comments

  1. im reading through ur poems and writing..
    just wonder where goes the star?

    ReplyDelete
  2. You know what, fira...
    I wonder the same thing too... XD

    thanks for your comment.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...

aku yang rindu

apa khabar bangsaku sayup suara kau lagukan bernada sayu apa berita gembira dicanang hanya palsu gembar-gembur anakmu menjadi wira melayu apa semua hanya tokong batu sekadar gah untuk sejeda waktu lalu dikubur di dalam kuil berdebu dari intaian rindu aku menatap redup wajahmu mamanggil ratap pada belikat cita-cita yang ranap dipendam mimpi menjadi misteri menjelma karutan mistik nan ngeri tamadun menua tanpa jiwa ruhmu koma dalam dakapan masa tinggal jasad kosong tiada makna keris sakti sekadar pusaka tersisip rapi tiada gunanya pundak mu tegak tak mampu berpencak wajahmu mu segak tingkahmu tidak bijak suara mu lunak lagumu tidak enak ke mana gah keramat dicampak mengapa sumpah tidak ditebak gemiring air matamu tak terseka mengapa dibiar laknat menyiksa sedang kau punya asa dan daya menyeru pulang ruhmu nan mulia pangku wajahmu nan layu tak ke puncak ratapmu itu andai ayun langkah tidak menyatu bangsaku teriakmu biar gentar beribu batu khidmatmu biar ke segenap benua bertamu namun jang

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur