Skip to main content

Pesan Emak

kini engkau dah anak dara
pandai sudah bermain cinta
ingatlah engkau akan agama
nafsu tak kalah kaulah binasa

kalau ada yang tertarik hati
jangan pandai berjanji sendiri
bawa ke sini nak 'interview' lagi
bolehkah mengimam 5 kali sehari

kalau engkau sudah bersuami
pandai-pandailah jaga 'body'
sebaik mana pun orang laki
mahu dia yang layak dipuji

sungguh lidah lagikan tergigit
jangan sampai tercabut gigi
sungguh amarah datang menghimpit
jangan sampai saling membenci

sungguh engkau mengaji tinggi
haruslah ke dapur kerap sekali
sungguh berkat air tangan isteri
suami lekat tak cari ganti

kalaupun berumah sebesar agam
sampah menimbun boleh tenggelam
bawa-bawalah bercucuk tanam
jaga kebersihan luar dan dalam

kalaupun dunia bergunung ganang
selalu dicangkul menjadi ladang
kalaupun punya bertimbun wang
harus tahu belanja ditimbang

kalau sudah beranak pinak
jangan ke bibik dilepas semua
memanglah lelah menjadi emak
namun anak amanah Yg Esa

bila suami pulang kerja
tinggal dulu astro dan drama
janganlah buat taktahu saja
bawalah bertanya 'nak air apa?'

hidup harus selalu bersabar
hendak bahagia perlukan ikhtiar
memang kadang terasa hambar
lalu kita banyakkanlah istighfar


:: hehe.... banyak pulak nasihat rumah tangga kebelakangan ni... mak! lambat lagi laaa::

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...

The Day I Thought I Liked You (Love in Laugh and Loo)

The day I thought I liked you All the tweak and twist at the corner of your face seemed like a smile to me The actual profuse smiles of yours, were like stars that rained upon me Your eyes twinkled like glitters from a fairy’s wand, waving sending me spinning in a galaxy of a romantic hope Hope and belief, that I liked you The day I thought I liked you Your laughter sounded like rhythm of the ocean waves Full of energy from an orgy of the marine life dancing in carousel at the deep of your soul Your boisterous mirth in the loudness of a masculine voice tickled me like a mermaid’s hand carousing a harp made of wind howl then I laughed with you and thought I really liked you The day I thought I liked you Your sorrow was painful but beautiful Every crack in your voice when you spoke of your sadness was like the thumping sound of an angry angel’s singing, sending a throbbing shock to my heart, grasping with