Skip to main content

Jadi itu apa?

Bapa
beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila bonda yang kau puja separuh nyawa di masa mudanya
kau persia demi perempuan berkebaya ranggi bersanggul tinggi

beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila marah mu menjadi senjata
tiada lagi belai mesra mahupun pujuk kata
herdik mu membinasa segala indah yang pernah terbina

Ibu
beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila anak yang kau kandung sembilan bulan
di biar bergelimpangan
di sisir jalan menjadi mayat kekeringan

beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila indah rupa lentik lenggang mu kau tadah puja
kau mohon damba rimbunan harta
ke sana kemari menjulang nama
sedang setiamu pada keluarga payah terbela

Kekasih
beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila janjimu untuk menjaga sedang rakusmu meratah tubuh dara
pujuk rayu untuk setia menjadi ladang nafsu berajalela
kau bicara tentang esok yang sempurna
sedang hari ini kau menjadi binasa

beritahu sama aku
apa itu cinta
yang selalu kau lagukan untuk si dia
sedang hatimu tahu kau berpura-pura

Anak
beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila atas namanya kau menderhaka
kau khinati kasih bertatang si bonda
kau lukai khudrat setia si ayahanda

beritahu sama aku
apa itu cinta
pabila bicara mu tiada sopan dengan yang tua
sungguhpun pandai kau madah berima pada nak dara/teruna
dan kau kecewa pada sebuah janji temu tak jadi
tetapi enggan bertamu menatap bonda menanti

dunia
beritahu sama aku
apa itu cinta
kalau yang kelihatannya semua dusta




beritahu sama aku....
semua itu bukan cinta.

Comments

Popular posts from this blog

To Erthe

A promise was made here to a man thousands miles yonder my monotonous ode to him goes unsung in the wind A handful of hopes is hard to cope A brimming love fits like a glove Head and heart finally concurred These hands shall eventually join I chose him, for the same reason Luna chooses Erthe, and stays O thee, my centre of gravity A Divine decreed, oh! what a wonder! Accept me in darkness, see me clearer I shall be around, till heaven asunder. ................................................... My nerves are all jittery My eyes are watery Oh! Am I crying or indeed laughing Is this not what I've been wanting

Ayah

  Ayah, Begitu mudah, Memanggil mu, suatu ketika itu. Di situ, setia menunggu, anak mu Bercerita, bercoleteh bagaikan tok guru Tersenyum, gurau mu mencuit hati ibu.   Ayah, Dalam semalam, Ada dendam yang tidak pernah padam Saat tangan mu ku genggam Melafazkan kata seberat alam Melihat mata mu terpejam   Ayah, Begitu sepi, Panggilan itu, saat ini. Tiada lagi yang menanti, Tiada lagi yang mengerti, Kau telah pergi Ke negeri abadi.   Ayah, Pergi mu mudah Pusara mu indah Pada nisan tidak bernama Pohon melur mekar berbunga Ku panjatkan doa Agar disana, Luas taman mu, Indah perhiasan mu, Aman pendamping mu Tenang lah rohmu, Sedang kami, didakap rindu.   Hingga kita bertemu lagi, Di bawah rahmat Ilahi.     Salam Akhir Ramadhan 1443 Hijrah

Eucalyptus; A ghost.

In the deep dark of the dead dawn A forest of grief has grown Rest in rage, a corpse of Eucalyptus slow dancing in a hiatus The moon up so high in the sky hides his eyes away behind lashes of a shameful decay refuses to see how her body sways The riot rhythmic moves of her stained feet mopping the floor of the rooted, tangled deceit the dusty ashes of her lost sanity appeals for a fleet I remember how she opens her eyes when she cries Trying to roll back the tears forming a lake beneath her bosoms Her white porcelain skin benumbed by the gloom of doom Her torn red frolic dress falls revealing her sanctum; a heart as hollow as a phantom I remember her crooked brown brows as her emotion frowns, with arms hugging her disowned broken boughs thick black blood runs from her mind to her chin and she grins as she mouths the word 'sin'. She dances to direction of the ocean of tears and blood of the ancient mourners She sinks deeper as she cries...