Skip to main content

Bintang Jauh

Bintang jauh...
Masihkah teguh?

Kalau aku katakan jambat ini yang aku bina mungkin rapuh
Apa sudikah kau turut sama menempuh?

Kalau aku katakan biduk ini yang aku kemudi separa karam
Apa sanggup kau dayung ke laut dalam?

Kalau aku katakan rumah ini yang aku reka rangkanya tidak sasa
Apa mahu kau menetap sama?

Bintang jauh...
Masihkah teguh?

Jalan berliku belum tentu hujungnya mahligai batu
Awan larat nan sarat belum tentu hujannya setempat
Musim bunga 'kan kau tahu luruhnya tiba juga
Senyum ketawa aku, ada masa berair mata merajuk rasa
Manis kata pabila suka kadang teruja terucap bercuka

Apa, bisa disandang segala malang saat terjeruk masa gemilang?

Aduhai bintang jauh...
Masihkah teguh?

Saban-saban membilang usia
Aku tidak tahu bila datangnya sapa
Mungkin tiba mungkin tiada
Mungkin aku yang hilang masa
Ya... aku tidak tahu apa-apa
Aku tidak tahu kita ini esoknya bagaimana
Lalu aku tidak mampu memberi kata setia
Ah, apatah lagi sumpah sang pencinta

Kau bintang jauh
Aku ini, mata tak bisa tatap lama cahaya separa purnama
Kalaupun jatuh ke riba belum tentu bersambut manusia
Kalaupun terpancar sinar menyuluh ruang sukar...
belum pasti aku terbias, sungguhpun sekadar samar
Tiada apa menjadi cagar, tiada indah, tiada budi. tiada harta berekar
Kalaupun ada belitung tumpul belum tentu bisa dibuat senjata
Kalaupun ada selimut kapas belum tentu hangat kasih bernafas

Aku ini, bintang jauh
Dari bumi hanya mampu menjadi saksi
Pada harap yang sedikit terberi oleh sakti Ilahi
Lalu pada kau bintang jauh
Sekiranya masih teguh, teramatlah ampuh
Tunggu, aku ini, di sini...
Rasanya tidak lama.

Kiambang

*tiada apa, sekadar hati keempat tiba-tiba bersuara... agaknya dari mana datangnya rasa?

Comments

  1. tak pernah baca sebelum ni. pandai bersajak.
    thanks for following my blog. :)
    kawan peh eh?

    ReplyDelete
  2. terima kasih...
    oh, blog kamu menarik. ya saya kawan dia.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...

The Day I Thought I Liked You (Love in Laugh and Loo)

The day I thought I liked you All the tweak and twist at the corner of your face seemed like a smile to me The actual profuse smiles of yours, were like stars that rained upon me Your eyes twinkled like glitters from a fairy’s wand, waving sending me spinning in a galaxy of a romantic hope Hope and belief, that I liked you The day I thought I liked you Your laughter sounded like rhythm of the ocean waves Full of energy from an orgy of the marine life dancing in carousel at the deep of your soul Your boisterous mirth in the loudness of a masculine voice tickled me like a mermaid’s hand carousing a harp made of wind howl then I laughed with you and thought I really liked you The day I thought I liked you Your sorrow was painful but beautiful Every crack in your voice when you spoke of your sadness was like the thumping sound of an angry angel’s singing, sending a throbbing shock to my heart, grasping with