Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2010

Bintang Jauh

Bintang jauh... Masihkah teguh? Kalau aku katakan jambat ini yang aku bina mungkin rapuh Apa sudikah kau turut sama menempuh? Kalau aku katakan biduk ini yang aku kemudi separa karam Apa sanggup kau dayung ke laut dalam? Kalau aku katakan rumah ini yang aku reka rangkanya tidak sasa Apa mahu kau menetap sama? Bintang jauh... Masihkah teguh? Jalan berliku belum tentu hujungnya mahligai batu Awan larat nan sarat belum tentu hujannya setempat Musim bunga 'kan kau tahu luruhnya tiba juga Senyum ketawa aku, ada masa berair mata merajuk rasa Manis kata pabila suka kadang teruja terucap bercuka Apa, bisa disandang segala malang saat terjeruk masa gemilang? Aduhai bintang jauh... Masihkah teguh? Saban-saban membilang usia Aku tidak tahu bila datangnya sapa Mungkin tiba mungkin tiada Mungkin aku yang hilang masa Ya... aku tidak tahu apa-apa Aku tidak tahu kita ini esoknya bagaimana Lalu aku tidak mampu memberi kata setia Ah, apatah lagi sumpah sang pencinta ...
sepetangan berbuai di taman seberang jalan ayunan pada kala perlahan seiring merdu hiburan irama era 70an asyik, mengulit perasaan terbang dalam awan anganan ke seberang lautan terlabuh kerinduan apa khabar, intan?

Pistia

I used to think that the flower is yet to bloom Since spring has passed and summer is too warm Autumn is the season to come And in winter, the sun loses his charm. Maybe it’s not going to be her year, I thought So, I let her be… But one lonely night… I woke up shivering due to a strange dream My eyes caught a glimpse of her under the dim light And I saw her petals dancing with delight Now I know that she needs not the right season Nor the great sun that shines at noon But for her is the gloomy moon When it’s crescent, the flower would bloom…

samudera

sepurnama bersiar di sisir samudera melayar harap pada camar di langitnya bersiul sama irama semesta jemari menjamah ombak berkala cuma pabila di kakiku ada luka asin peluhnya samudera memedih rasa namun kepedihan itu juga penawarnya maka ku pejamkan mata membiarkan luka digigit samudera ku genggam erat dua tangan dan terus berjalan bersalam ombak pada setiap sapaan melupa luka dalam kerelaan kerna asin samudera untuk selamanya sedang luka itu tamu sementara dan andai karam menanti jiwa pasti tenggelam ke dasarnya jua. kiambang