Skip to main content

Penat

Sesat di rimba penuh ranjau
Janggal pada redup semuanya hijau
Rindu pada lampu kota berkilau-kilau
Bosan, benci, sakit hati bagai nak keriau
Kejut budaya rimba
Asing, lebih dari sumbang si kera
Memang rasa diri sebatang kara
"Ah! Ini hanya mula"
Tamatnya entah bagaimana
Sedang yang dirasa hanya seksa

Pohon besar, akarnya menjalar-jalar bak ular
Biar batang boleh dibuat bersandar
Tapi tersadung lalu bercalar-balar
Aduh! Pedihnya bagai dikelar-kelar
Bedebah! Mau saja ditebang dan dibakar
"Sabar! Sabar!"

Bila matahari tenggelam
Malam pastinya hitam
Datanglah nyamuk menerkam
Mujur bukan harimau membaham
Kaki lenguh, urat terseliuh
Sesaat mengeluh
Sesaat mengaduh
Badan hanyir bau peluh

Sudah, jangan nak mencemuh
Tunggu saja menjelang subuh
Ada cahaya dapat menyuluh

-kiambang-

’22092007- 11 Ram 1428, Melbourne

Comments

Popular posts from this blog

Ayah

Malam-malam yang kelam Degil mata tidak mahu pejam Dipasak anak mata pada atap berwarna suram Direnung dinding kayu berselumbar tajam Ditatap almari kelabu bercorak hitam Dibolak balik badan di atas tilam Ayah masih berjaga di larut malam Semalam, ayah melakar sebuah kisah Sekajang memoir bertinta darah Seraut perjuangan menjadi sejarah Namun, sejarah itu menjadi khazanah Tersimpan di cerok rumah Terkambus dan tetimbus dek tanah Tanpa cangkul di tangan Ayah mengali semula kenangan Berputar ligat di enjin fikiran Menyelak helai-helai perjuangan Merungkai simpul-simpul pengorbanan Mengusap luka-luka yang terkesan Bukti cinta yang tak dimengertikan Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi negara merdeka Dari sebangsa kini tiga warna Dari berbasikal kini berkereta Dari tanah merah kini jalan raya Dari rumah papan kini berbatu bata Ayah kerut dahi tertanya-tanya Apa ini benar-benar kita? Pada lewat usia meniti senja Ayah menyaksi anak-anak mendewasa Dari dungu menjadi cikgu Dari serba kur

The Day I Thought I Liked You (Love in Laugh and Loo)

The day I thought I liked you All the tweak and twist at the corner of your face seemed like a smile to me The actual profuse smiles of yours, were like stars that rained upon me Your eyes twinkled like glitters from a fairy’s wand, waving sending me spinning in a galaxy of a romantic hope Hope and belief, that I liked you The day I thought I liked you Your laughter sounded like rhythm of the ocean waves Full of energy from an orgy of the marine life dancing in carousel at the deep of your soul Your boisterous mirth in the loudness of a masculine voice tickled me like a mermaid’s hand carousing a harp made of wind howl then I laughed with you and thought I really liked you The day I thought I liked you Your sorrow was painful but beautiful Every crack in your voice when you spoke of your sadness was like the thumping sound of an angry angel’s singing, sending a throbbing shock to my heart, grasping with

Ketukan

Diketuk kamar hati.... Dari jendela rasa Ku intai wajah tamu Kamu rupanya Mengapa kamu datang? Hadirmu tiada aku undang Aku larikan renung Dari wajah kamu yang mendung Tidak aku tidak, mahu memandang Tapi mengapa? Mengapa di hati wajah terbayang? Diketuk kamar hati... Tidak aku tidak, buka pintunya lagi Kerana bersama kamu, tiada hadir pasti Bahawa seruang kecil hati ini Bisa kamu miliki. -kiambang- 06082008 :: Sebuah puisi lama, ketemu dalam nota...